Psikologi Perkembangan


                           

Psikologi Perkembangan "Masa Dewasa Awal" Lengkap !!





      Perkembangan merupakan proses berkesinambungan dari masa konsepsi berlanjut kemasa sesudah lahir, masa bayi, anak-anak, remaja, dewasa hingga menjadi tua. Perubahan badaniah yang terjadi sepanjang hidup tersebut mempengaruhi sikap, proses kognitif, dan perilaku individu. Hal ini berarti bahwa permasalahan yang harus diatasi juga mengalami perubahan dari waktu ke waktu sepanjang rentang kehidupan.


A.  Pengertian Masa Dewasa Dan Pembagian Masa Dewasa
            Dewasa atau adult berasal dari kata kerja Latin, seperti juga istilah adotescene-adolescene-yang berarti “tumbuh menjadi dewasa”. Akan tetapi, kata adult berasal dari bentuk lampau partisipel dari kata kerja adultus yang berarti “telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna” atau “telah menjadi dewasa”. Masa dewasa sendiri adalah masa dimana seseorang telah menjadi dewasa. Oleh karena itu, orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lain.
            Setiap kebudayaan membuat perbedaan usia kapan seseorang mencapai status dewasa secara resmi. Pada sebagaian kebudayaan kuno, status ini tercapai apabila pubertas sudah selesai atau hampir selesai dan apabila organ kelamin anak telah berkembang dan mampu berproduksi. Belum lama ini, dalam kebudayaan Amerika seseorang anak belum resmi dianggap dewasa kalau ia belum mencapai umur 21 tahun. Sekarang, umur 18 tahun merupakan umur dimana seseorang dianggap dewasa secara syah. Dengan meningkatnya lamanya hidup atau panjangnya usia rata-rata orang maka masa dewasa sekarang mencakup waktu yang paling lama dalam rentang hidup.[1]
            Menurut Feldman, terlepas dari perbedaan dalam penentuan waktu dimulainya status kedewasaan tersebut. Pada umumnya psikolog menetapkan sekitar usia 20 tahun sebagai awal masa dewasa dan berlangsung sampai sekitar 40-45, dan pertengahan masa dewasa berlangsung dari sekitar usia 40-45 sampai sekitar 65 tahun, serta masa dewasa lanjut atau masa tua berlangsung dari sekitar usia 65 tahun sampai meninggal.[2]

B.  Karakteristik Masa Dewasa Awal
1.    Transisi Dari Masa Remaja Menuju Masa Dewasa
                   Bagi kebanyakan individu, menjadi orang dewasa melibatkan periode transisi yang panjang. Baru-baru ini transisi dari masa remaja ke dewasa disebut sebagai beranjak dewasa (emerging adulthood) yang terjadi dari usia 18 sampai 25 tahun. Masa ini ditandai oleh eksperimen dan eksplorasi. Pada titik ini dalam perkembangan mereka, banyak individu masih mengeksplorasi jalur karir yang ingin mereka ambil, ingin menjadi individu seperti apa, dan gaya hidup seperti apa yang mereka inginkan, hidup melajang, hidup bersama atau menikah.
            Jeffrey Arnet mendeskripsikan 5 ciri dari orang yang beranjak dewasa sebagai berikut.
a)    Eksplorasi identitas. Khususnya dalam relasi romantis dan pekerjaan. Beranjak dewasa adalah masa dimana didalam diri sebagaian besar individu terjadi perubahan penting yang menyangkut identitas.
b)   Ketidakstabilan. Perubahan tempat tinggal selama masa dewasa awal, sebuah masa dimana juga sering terjadi dalam hal relasi romantis, pekerjaan dan pendidikan.
c)    Self-focused (terfokus pada diri). Individu yang berada dimasa beranjak dewasa “cenderung terfokus pada diri sendiri dalam arti mereka kurang terlibat dalam kewajiban sosial, melakukan tugas dan berkomitmen terhadap orang lain, serta mengakibatkan mereka memiliki otonomi yang besar mengatur kehidupannya sendiri.”
d)   Feeling in-between (merasa seperti berada diperalihan). Banyak orang dimasa beranjak dewasa tidak menganggap dirinya sebagai remaja ataupun sepenuhnya sudah dewasa dan berpengalaman.
e)    Usia dengan berbagai kemungkinan, sebuah masa dimana individu memiliki peluang untuk mengubah kehidupan mereka.[3]

2.    Perkembangan Fisik
            Sebagian besar orang dewasa mencapai puncak perkembangan fisik mereka pada usia 20-an dan usia tersebut merupakan masa seseorang berada di puncak kesehatannya. Bagi atlet-bukan hanya bagi atlet olimpik namun juga rata-rata atlet-performa mereka berada di puncaknya pada usia 20 tahun. Terutama pada kekuatan dan kecepatan seperti pada cabang angkat beban dan lari cepat 100 meter. Terdapat pengecualian yaitu pada pesenam wanita dan perenang yang biasanya mencapai puncak penampilan mereka di masa remaja, dan pelari maraton yang mencapai puncak penampilan mereka di usia 30-an. Sayangnya, dewasa muda juga merupakan masa dimana kemampuan fisik mulai mengalami penurunan. Penurunan kekuatan dan kecepatan seringkali terlihat nyata pada usia 30-an. Mungkin karena kemantapan kemampuan fisik mereka serta kesehatan secara keseluruhan, dewasa muda jarang menyadari kebiasaan makan yang buruk, terlalu banyak minum-minuman keras dan merokok yang dapat merusak kesehatan mereka seiring dengan bertambahnya usia. Walaupun telah mendapatkan peringatan pada bungkus rokok serta iklan- iklan bahwa rokok berbahaya bagi kesehatan, orang-orang tetap meningkatkan rokok mereka ketika memasuki masa dewasa muda. Mereka juga meningkatkan penggunaan alkohol, ganja, amphetamin, barbiturat, dan halusinogen.
            Hal ini yang menjadi perhatian khusus adalah terlalu banyak minum-minuman keras pada mahasiswa. Dalam penelitian yang melibatkan 14.000 orang mahasiswa, sekitar 40% mengatakan mereka pernah melakukan minum-minuman keras 5 atau lebih gelas sekaligus setidaknya sekali seminggu dalam jangka waktu 2 minggu sebelum survei. Terlalu banyak minum-minuman keras dapat berakibat buruk bagi para mahasiswa dan membahayakan masa depan mereka. Dalam satu penelitian pada 140 perguruan tinggi, terlalu banyak minum-minuman keras dihubungkan dengan ketidakhadiran di kelas, cidera fisik, masalah dengan kepolisian, dan hubungan seks yang tidak aman. Untungnya, pada waktu individu mencapai pertengahan usia 20-an kebanyakan dari mereka mulai mengurangi konsumsi alkohol dan penggunaan obat-obatan terlarang.[4]
3.    Perkembangan Kognitif
       Piaget berteori bahwa pemikiran formal, operasional merupakan tingkat tertinggi dari kemampuan berfikir. Ia berpendapat bahwa tidak ada perubahan kualitatif baru dalam kognisi yang terjadi pada masa dewasa. Ia tidak percaya bahwa seseorang dengan gelar Ph.D dalam fisika berpikir dengan cara berbeda dengan yang dilakukan remaja yang telah mencapai tahap pemikiran formal operasional. Satu-satunya perbedaan adalah sang ahli fisika memiliki pengetahuan lebih dalam bidang keilmuan tertentu. Sang ahli fisika dan remaja tersebut sama-sama menggunakan pemikiran logis untuk membangun alternatif dalam memecahkan masalah dan menyimpulkan solusi dari pilihan-pilihan yang ada.
       Piaget memang benar untuk sebagian remaja dan sebagian orang dewasa namun tidak untuk semuanya. Seperti yang telah anda pelajari, beberapa remaja bukanlah pemikir formal operasional, seperti halnya beberapa orang dewasa yang tak pernah mencapai tahap ini.
       Namun, beberapa ahli dalam perkembangan kognitif berpendapat bahwa idealisme dalam tahap formal operasional yang dikemukakan Piaget, digantikan pada masa dewasa awal dengan pemikiran yang lebih realistis dan pragmatis. Selain itu, remaja cenderung berpikir secara mutlak-suatu hal entah adalah satu hal atau sebaliknya. Ketika mereka memasuki perkuliahan, individu mulai sering berpikir secara relatif dan reflektif. Gisela Lobouvie-Vief belum lama ini mengajukan bahwa semakin kompleksnya kebudayaan pada abad terakhir ini, telah menciptakan kebutuhan yang semakin besar atas pemikiran yang semakin kompleks dan reflektif untuk mempertimpbangkan perubahan dalam ilmu pengetahuan dan tantangan. Ia juga menekankan bahwa aspek kunci untuk perkembangan kognitif pada dewasa muda meliputi memutuskan dalan sudut pandang dunia, mengenali bahwa sudut pandang dunia bersifat subjektif dan memeahami perbedaan-perbedaan sudut pandang dunia harus diakui.dalam sudut pandangnya, sejumlah variasi individu menandai pada pemikiran mereka yang berada pada masa tumbuh dewasa, dengan tingkat pemikiran tertinggi yang hanya mampu dicapai oleh sejumlah orang. Ia berpendapat bahwa tingkat pendidikan yang dicapai individu memengaruhi kemungkinan mereka mencapai pemikiran potensial mereka. Kesimpulannya, untuk sebagian besar orang kemampuan intelektual sangat kuat pada masa dewasa awal.[5]
4.    Perkembangan Sosioemosional Pada Masa Dewasa Awal
Perkembangan sosioemosi di masa dewasa awal meliputi :
a)   Stabilitas Dan Perubahan Yang Berlangsung Dari Masa Kanak-Kanak Hingga Masa Dewasa
Hasil penelitian baru-baru ini menyatakan bahwa 20 tahun pertama dalam kehidupan bisa memprediksi kehidupan sosioemosi pada usia dewasa. Selain itu, terdapat cukup alasan untuk meyakini bahwa pengalaman di masa dewasa awal penting untuk menentukan bagaimana jadinya individu di kemudian hari. Hasil temuan yang cukup umum menyatakan bahwa semakin pendek interval waktu yang diadakan untuk mengukur karakteristik sosioemosi, maka semakin besar kemiripan hasil riset yang diperoleh. Dengan demikian, seandainya kita mengukur konsep diri individu di usia 20 tahun dan kemudian mengukurnya lagi di usia 30 tahun, maka kemungkinan kita akan menemukan stabilitas yang lebih besar dibandingkan seandainya kita mengukur konsep diri individu itu di usia 10 tahun dan kemudian baru mengukurnya lagi di usia 30 tahun.





KONTEKS YANG MENGINTERVENSI

Anak A
Anak B
Pengasuh
Pengasuh (orang tua) yang sensitif dan menerima, dan membiarkan anak menentukan sendiri langkahnya
Pengasuh yang menggunakan “level kontrol yang rendah” dan berusaha memaksakan anak memasuki situasi baru
Lingkungan Fisik
Adanya “tempat perlindungan terhadap stimulus” atau “benteng pertahanan” dimana anak dapat berlindung ketika berhadapan dengan stimulasi yang terlalu banyak
Anak senantiasa dihadapkan pada lingkungan yang ramai, kacau balau dan tidak dimungkinkan untuk membebaskan diri dari stimulasi
Teman Sebaya
Kelompok teman sebaya dengan anak-anak lain yang terhambat yang memiliki minat yang sama, sehingga anak merasa diterima
Kelompok teman-teman sebaya adalah anak yang atletis, sehingga anak merasa ditolak
Sekolah
Sekolah kurang banyak diurusi, sehingga anak- anak yang terhambat cenderung memperoleh toleransi dan mereka merasa dapat berkontribusi
Sekolah terlalu banyak diurusi orang lain, sehingga anak yang terhambat cenderung kurang memperoleh toleransi dan cenderung merasa dinilai terlalu rendah
Kepribadian yang dihasilkan
Ketika dewasa, individu cenderung ekstrovert (suka keluar dan bergaul) dan secara emosional stabil
Ketika dewasa, individu cenderung introvert dan memiliki masalah emosional lebih banyak[6]

b)   Ketertarikan, Cinta Dan Relasi Yang Akrab
     Aspek penting yang dibahas dalam sub bab ini adalah :
1)   Ketertarikan
Ketertarikan di masa dewasa awal dipengaruhi oleh 2 hal, yaitu : keterbiasaan dan kesamaan, kemudian ketertarikan fisik.
Keterbiasaan dan kesamaan. Keterbiasaan dapat menghasilkan kebencian, demikian bunyi pepatah kuno. Meskipun demikian, psikolog sosial mengatakan bahwa keterbiasaan adalah kondisi yang diperlukan agar relasi akrab dapat berkembang. Dalam banyak kasus, kawan dan kekasih adalah orang yang telah saling mengenal sejak lama; mereka mungkin tumbuh bersama, pergi ke sekolah atau kampus bersama, bekerja bersama, atau mengunjungi acara sosial bersama- sama.
Mengapa orang tertarik dengan oarang lain yang memiliki sikap, nilai, dan gaya hidup yang sama? Jawabannya adalah validasi konsensual (consensual validation). Sikap dan nilai kita memperoleh dukungan jika sikap dan nilai orang lain juga sama dengan kita. Alasan lainnya adalah bahwa orang cenderung menghindar dari sesuatu yang tidak diketahuinya. Kita sering memilih untuk berada di sekitar orang-orang yang sikap dan nilainya dapat kita prediksikan. Di samping itu, kesamaan mengimplikasikan bahwa kita akan menikmati melakukan hal-hal dengan orang yang juga menyukai hal yang sama dan memiliki sikap yang sama
Ketertarikan fisik. Meskipun kesamaan dan perbedaan itu penting, hal itu tidak menjelaskan letupan-letupan atau gelora yang menghangatkan hubungan romantis: daya tarik fisik. Penelitian yang kompleks mengenai peran ketertarikan fisik menemukan adanya perubahan standar mengenai apa yang dianggap menarik. Kriteria untuk kecantikan, misalnya, dapat berbeda-beda, tidak hanya antarbudaya, namun juga seiring dengan berjalannya waktu di dalam budaya itu sendiri.[7]
2)   Bentuk-Bentuk Cinta
Bentuk-bentuk cinta dalam buku Life-Span Development karya John W. Santrock menjangkau berbagai relasi yang mencakup persahabatan, cinta romantis, cinta afektif, dan menurut sejumlah ahli juga mencakup altruisme consummate love. [8]
Persahabatan. Kebanyakan persahabatan berlangsung lama karena 65 persen orang dewasa sudah mengenal teman akrab mereka setidaknya 10 tahun dan hanya 15 persen yang sudah mengenal teman akrab mereka kurang dari 5 tahun. Masa dewasa memberikan kesempatan untuk menjalin persahabatan baru ketika individu pindah ke tempat baru dan mungkin membangun hubungan persahabatan baru di lingkungan tempat tinggal atau di tempat kerja mereka.
Cinta Romantis. Beberapa persahabatan dapat berkembang menjadi cinta romantis (romantic love), yang disebut juga cinta bergairah atau eros. Cinta romantis memiliki komponen seksualitas dan gairah yang kuat di mana kedua hal ini sering menonjol di awal relasi cinta. Cinta romantis mengandung berbagai emosi yang saling bercampur baur secara kompleks. Contohnya kekuatan, kemarahan, hasrat seksual, kegembiraan dan cemburu. Peneliti terkenal Ellen Barchied (1988) mengatakan bahwa hasrat seksual adalah hal terpenting dalam cinta romantis. Secara jelas, emosi-emosi ini merupakan sumber dari kesedihan yang mendalam.
Cinta Afektif, cinta memiliki sifat lebih dari sekedar gairah. Cinta afektif (affectionate love), yang juga disebut cinta karena kedekatan (companionate), adalah tipe cinta yang terjadi ketika seseorang menginginkan seseorang berada didekatnya dan memiliki afeksi mendalam dan perhatian terhadap orang itu. Terdapat keyakinan yang makin kuat bahwa tahap awal percintaan lebih banyak bernuansa romantis, tetapi bila cinta menjadi lebih matang, gelora cinta berubah menjadi lebih bersifat afektif.
Cinta yang sempurna. Kita telah membahas dua bentuk cinta : cinta romantis dan cinta afektif. Menurut Robert J. Stenberg, keduanya bukan satu-satunya bentuk cinta. Stenberg mengajukan teori triarchic cinta, di mana cinta dapat dipandang sebagai sebuah segitiga yang terdiri dari tiga dimensi utama – gairah, keintiman, komitmen. Dalam teorinya, bentuk cinta paling kuat dan utuh adalah cinta yang sempurna (consummed love), yang melibatkan ketiga dimensi.[9]
3)   Berakhirnya Percintaan
Kegagalan dalam relasi yang akrab dapat menimbulkan perasaan yang tragis. Secara khusus, kegagalan cinta merupakan hal yang bijaksana jika anda terobsesi dengan seseorang yang berulang kali mengkhianati kepercayaan anda. Cinta yang tidak terbalas dapat mengakibatkan depresi, pikiran obsesif, disfungsi seksual, ketidakmampuan bekerja secara efektif, kesulitan menjalin relasi dengan teman baru, dan menghukum diri sendiri. Memikirkan relasi semacam itu seringkali sulit karena pikiran kita sangat diwarnai oleh emosi yang menggelora.[10]
c)    Gaya Hidup Orang Dewasa
Gaya hidup orang dewasa meliputi : orang dewasa yang hidup sendiri, kohabitasi pada orang dewasa, orang dewasa yang menikah, orang dewasa yang bercerai, orang dewasa yang menikah lagi, orang dewasa gay dan lesbian.[11]
d)   Pernikahan Dan Keluarga
1)   Melestarikan Pernikahan
Dalam sebuah riset, Gotman menemukan bahwa agar koflik dapat diselesaikan, pasangan harus mengawalinya dengan melakukan pendekatan yang lunak dan bukan pendekatan yang memaksa, mencoba untuk membuat dan menerima upaya-upaya perbaikan, meregulasi emosi-emosi mereka, melakukan kompromi, dan bersikap toleran terhadap kekurangan satu sama lain.[12]
2)   Menjadi Orang Tua
Bagi orang dewasa pada umumnya, peran sebagai orang tua itu adalah sesuatu yang direncanakan dengan baik, dikoordinasikan dengan berbagai peran lain di dalam hidup, dan dikembangkan sejalan dengan situasi ekonomi individu. Bagi sebagian orang dewasa lainnya, kesadaran bahwa mereka telah menjadi orang tua merupakan sebuah kejutan. Bayangan menjadi orang tua dapat memiliki campuran emosi dan ilusi romantis tentang memiliki seorang anak.
 Pengasuhan menuntut sejumlah keterampilan interpersonal dan keterlibatan emosional; meskipun demikian tidak banyak pendidikan formal yang mengajarkan bagaimana cara melakukan tugas ini. Sebagian besar orang tua mempelajari praktek pengasuhan dari orang tuanya sendiri. Sayangnya, ketika metode-metode pengasuhan diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya, praktek yang baik maupun yang kurang baik masih terus dipertahankan. Menambahkan realitas tugas pengasuhan, suami dan istri mungkin melakukan praktek pengasuhan yang berbeda ke dalam pernikahan. Orang tua, akan berjuang satu sama lain tentang gaya pengasuhan seperti apa yang harus diterapkan ketika berinteraksi dengan anak.[13]
3)   Menghadapi Perceraian
Secara psikologis, karakteristik paling umum yang paling banyak ditemui pada orang dewasa yang bercerai adalah bahwa mereka menjadi sulit memercayai dan menjalin relasi romantis dengan orang lain. Meskipun demikian, setelah bercerai, kehidupan seseorang dapat mengalami banyak perubahan. Berdasarkan riset yang dilakukan E. Mavis Hetherington menemukan ada 6 jalur yang umumnya dilalui pria dan wanita setelah bercerai, yaitu : mereka yang mengalami peningkatan, mereka yang baik-baik saja, mencari yang baru, mereka yang bebas, mereka yang penyendiri kompeten, dan mereka yang kalah.[14]


A.    Kesimpulan
            Dewasa atau adult berasal dari kata kerja Latin, seperti juga istilah adotescene-adolescene-yang berarti “tumbuh menjadi dewasa”. Akan tetapi, kata adult berasal dari bentuk lampau partisipel dari kata kerja adultus yang berarti “telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna” atau “telah menjadi dewasa”. Masa dewasa sendiri adalah masa dimana seseorang telah menjadi dewasa. Sedangkan karakteristik masa dewasa awal dapat dilihat dalam empat ciri-cirinya, antara lain:
1.      Transisi Dari Masa Remaja Menuju Masa Dewasa
2.      Perkembangan Fisik
3.      Perkembangan Kognitif
4.      Perkembangan Sosioemosional


                [1] Elizabetth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Erlangga, TTh), hlm. 246
                [2] Desmita, Psikologi Perkembangan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 234
                [3] John W. Santrok, Life-Span Development; Perkembangan Masa Hidup (Jakarta: Erlangga, 2011), hlm. 6
                [4] Laura A.King, Psikilogi Umum “Sebuah Pandangan Apresiasi” (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), hlm. 198-199
                [5] Laura A. King, Psikologi Umum: Sebuah Pandangan..., hlm. 204-205
                [6] John W. Santrock, Life-Span Development; Perkembangan..., hlm. 39-41 
[7] John W. Santrock, Life-Span Development; Perkembangan..., hlm. 40-45 
                [8] John W. Santrock, Life-Span Development; Perkembangan..., hlm. 45
                [9] John W. Santrock, Life-Span Development; Perkembangan..., hlm. 45-47
                [10] John W. Santrock, Life-Span Development; Perkembangan..., hlm. 48-49
[11] John W. Santrock, Life-Span Development; Perkembangan..., hlm. 46-56
                [12] John W. Santrock, Life-Span Development; Perkembangan..., hlm. 57-58
                [13] John W. Santrock, Life-Span Development; Perkembangan..., hlm. 59
                [14] John W. Santrock, Life-Span Development; Perkembangan...,  hlm. 61

0 Response to "Psikologi Perkembangan "

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel