PENGERTIAN MAKRIFAT DAN ASPEK YANG DI DALAMNYA "Lengkap"
I. A.
Pengertian Makrifat
Makrifat
secara bahasa berasal dari bahasa Arab arafa-ya’rifu,arafah, irfan dan Ma’rifah
yang berarti pengetahuan yang sangat jelas. Makrifat berbeda dengan al-Ilm
yang sama-sama berarti pengetahuan. Bila al-Ilm berarti pengetahuan yang
menggunakan perantara maka makrifat berarti pengetahuan yang melalui pengalaman
langsung tanpa perantara.
Secara istilah
makrifat dalam tasawuf adalah pengetahuan yang pasti mengenai Tuhan melalui
pengalaman langsung. Pengalaman langsung di sini adalah pengetahuanyang
langsung dirasakan oleh para shufi melalui hati dalam bentuk Kasyf atau Ilham.
Apabila orang awam mengetahui Tuhan melalui informasi dan para filosof melalui
akalnya, maka para shufi mengetahui Tuhan melalui hatinya.
Itulah sebabnya Dzun Nun
al-Misri membagi membagi tiga kelompok orang dalam mengenal Tuhan.
1.
Kelompok
orang awan dimana mereka mengenal Tuhan melalui ucapan kalimat syahadat.
2.
Kelompok
para filosof dan teolog dimana mereka mengenal Tuhan melalui pembuktian akal.
Kelompok ini tidak puas mengakui adanya Tuhan hanya menerima begitu saja. Akan
tetapi dengan akalnya mereka juga ingin membuktikan adanya Tuhan. Adanya alam
merupakan dalil (bukti) yang mereka terapkan untuk membuktikan adanya Tuhan.
3.
Kelompok
shufi dimana mereka mengenal Tuhan melalui hati sanubari.
Demikian juga Abu Hamid al-Ghazali membagi iman dalam tiga tingkat.
Pertama, iman orang awam yakni iman dalam bentuk taqlid (mengikuti
begitu saja). Kedua, iman para mutakallimin (teolog) yakni iman yang
tercampur dengan penyimpulan dalil pemikiran, iman ini berdekatan dengan iman
orang awam. Ketiga, iman orang-orang arifin (orang yang makrifat)
yakni iman dalam bentuk penyaksian melalui cahaya keyakinan (nur al-Yaqin).[1]
B.
Makrifat
dalam pandangan al-Qur’an dan al-Hadits
Makrifat merupakan pengetahuan tentang rahasia-rahasia dari Tuhan
yang diberikan kepada hamba-Nya melalui pancaran cahaya-Nya yang dimasukan
Tuhan ke dalam hati seorang Shufi. Dengan demikian ma’rifah berhubungan dengan
nur (cahaya Tuhan). Di dalam al-Quran, dijumpai
tidak kurang 43 kali kata nur diulang dan sebagian besar dihubungkan dengan
Tuhan. Misalnya ayat yang bebunyi,
لَمْ يَكَدْ يَرَاهَا وَمَنْ لَمْ يَجْعَلِ
اللَّهُ لَهُ نُورًا فَمَا لَهُ مِنْ نُورٍ
“Dan
barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia
mempunyai cahaya sedikitpun.” (QS al-Nur,
24:40).
أَفَمَنْ شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ
لِلإسْلامِ فَهُوَ عَلَى نُورٍ مِنْ رَبِّهِ
Maka
Apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam
lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu
hatinya)?. (QS. Al-Zumar, 39: 22)
Dua
ayat tersebut sama-sama berbicara tentang cahaya Tuhan. Cahaya tersebut
ternyata dapat diberikan Tuhan kepada hamba-Nya yang Dia kehendaki. Mereka yang
mendapatkan cahaya akan dengan mudah dapat mendapat petunjuk hidup, sedangkan
mereka yang tidak mendapatkan cahaya akan mendapatkan kesesatan hidup. Dalam makrifat
kepada Allah, yang didapat seorang sufi adalah cahaya. Dengan demikian, ajaran
makrifat sangat dimungkinkan terjadi dalam Islam, dan tidak
bertentangan al-Quran.
Selanjutnya di
dalam hadis kita jumpai sabda Rasulullah yang berbunyi:
كُنْتُ
خَزِنَةً خَافَيَةً اَحْبَيْتُ اَنْ اُعْرَفَ فَخَلَقْتُ الْخَلْقَ فَتَعَرَّفْتُ
اِلَيْهِمْ فَعَرَفُوْنِي
Aku (Allah)
adalah perbendaharaan yang tersembunyi (ghaib), Aku ingin memperkenalkan siapa
Aku, maka Aku ciptakanlah makhluk. Oleh karena itu Aku memperkenalkan diri-Ku
kepada mereka. Maka mereka itu mengenal Aku. (Hadis Qudsi).
Hadits tersebut memberikan petunjuk bahwa
Allah dapat dikenal oleh manusia. Caranya dengan mengenal atau meneliti
ciptaan-Nya. Ini menunjukkan bahwa ma’rifat dapat terjadi, dan tidak bertentangan
dengan ajaran Islam.[2]
C.
Tujuan
makrifat
Makrifat dekat sekali dengan iman dan keyakinan. Oleh karena itu
tingkat keimanan juga ditentukan oleh tingkat makrifat seseorang. Dengan
demikian tujuan dari makrifat (pengetahuan yang sebenarnya) adalah memperoleh
keyakinan atau keimanan. Semakin bertambah keyakinan maka akan semakin
bertambah ketaatan kepada Allah.
سمعت
الأستاذ أباعلي الدقاق رحمه الله يقول : من أمارات المعرفة بالله حصول الهيبة من
الله, فمن ازداد معرفته ازدادت هيبته
“Saya mendengar dari Ali Daqaq berkata,
diantara ciri orang yang makrifat kepada Allah adalah adanya rasa takut pada
Allah, barang siapa bertambah makrifat maka bertambah pada rasa takutnya.”
وسمعته
يقول : المعرفة توجب السكينة فى القلب كما العلم يوجب السكون فمن ازدادت معرفته
ازدادت سكينته
“Aku
juga mendengar dari Ali Daqaq berkata, makrifat kepada Allah melahirkan
ketenangan di dalam hati sebagaimana ilmu melahirkan ketenangan, barang siapa
bertambah makrifatnya maka bertambah pula ketenangannya”.
Al-Syatiby
berkata,
فعلامة
العارف أن يكون قلبه مرآة يري فيه ماغاب من غيره وجلاء القلب لا يكون إلا بنور
الإيمان والإيقان. فعلى قدر قوة الإيمان يكون نور القلب. وعلى قدر نور القلب تكون
مشاهدة الحق وبقدرمشاهدة الحق تكون المعرفة بأسمائه وصفاته وبقدرها يكون التعظيم
لذاته وبقدر التعظيم لذاته يكون كمال العبد وبقدر كماله يكون استغراقه فيي أوصاف
العبودية بقدر استغراقه يكون قيامه بحقوق الربوبية
“Ciri
orang makrifat itu adalah hatinya sebagai cermin untuk melihat hal ghaib di
luar dirinya. Keterang benderangan hati tidak lain dikarenakan cahaya iman dan
keyakinan. Cahaya hati tergantung kadar kekuatan iman, musyahadah terhadap
al-Haq (Allah Yang Maha Benar) tergantung kadar cahaya hati, makrifat terhadap
asma dan sifat-Nya tergantung kadar musyahadah (penyaksiannya) terhadap al-Haq,
sikap ta’dzim terhadap dzat-Nya tergantung kadar makrifat, kesempurnaan sebagai
hamba tergantung kadar keta’dzimannya, ketenggelamannya kedalam sifat-sifat
penghambaan tergantung kesempurnaan menjadi hamba dan pelaksaan hak-hak Tuhan
tergantung kadar ketenggelaman kedalam sifat-sifat penghambaan”
Dari
perkataan al-Syatiby ini dapat disimpulkan:
1.
Hati
akan menjadi terang benderang kalau diterangi iman dan keyakinan
2.
Semakin
kuat iman dan keyakinan maka hati akan semakin terang benderang dan sebaliknya
kalau iman dan keyakinannya lemah maka cahaya hati akan redup.
3.
Kalau
hati terang benderang maka kebenaran dapat disaksikan bahkan Allah yang Maha
Benar dapat disaksikan.
4.
Kalau
seseorang dapat menyaksikan Allah maka akan mengenal asma dan sifat Allah.
5.
Kalau
seseorang mengenal asma dan sifat Allah maka semakin ta’dzim pada dzat Allah.
6.
Kalau
seseorang semakin ta’dzim pada Allah maka akan muncul kesempurnaan sebagai
hamba.
7.
Kalau
seseorang muncul kesempurnaan sebagai hamba maka akan semakin tenggelam kedalam
sikap menghambakan diri.
8.
Kalau
seseorang semakin tenggelam kedalam sikap menghambakan diri maka akan semakin
semangat untuk melaksanakan hak-hak Tuhan.
Dengan
makrifat seseorang akan menyadari yang sesadar-sadarnya bahwa ia adalah seorang
hamba yang siap untuk diperintah dan melaksanakan keinginan tuannya. Semakin
tahu bahwa dirinya adalah hamba (abd) maka semakin ta’dzim dan taat kepada
Allah yang memiliki dirinya.[3]
D.
Aspek-aspekmakrifatullah
Untuk mengadakan komunikasi secara kontinu dengan Tuhan, seorang
Shufi menggunakan seperangkat alat sebagai perantara yang dapat mendukungnya
untuk menyapa Tuhan. Alat-alat tersebut meliputi al-qalb yang digunakan untuk
mengetahui sifat-sifat Tuhan, al-ruh untuk mencintai Tuhan, danal-sirrr sebagai daya untuk melihat
Tuhan. Menurut Harun Nasution, al-sirrr merupakan daya terpeka sensitive dari
al-qalb. Daya ini keluar setelah seorang Shufi berhasil menyucikan jiwanya sesuci-sucinya.
Jiwa adalah laksana sebuah cermin atau kaca. Apabila dibersihkan dan terus menerus
digosok dengan alat yang baik dan harus, maka akan diperoleh sebuah cermin yang
mempunyai daya tangkap kuat karena kecermelangannya. Begitu juga jiwa, apabila terusmenerus
dibersihkan, disucikan, diasah, dan dihiasi dengan ibadah yang konsisten, baik kuantitas
maupun kualitas, maka jiwa seseorang akan semakin bersih dan mengkilat sehingga
semakin tinggi dan besar pula daya tangkap dan serapnya.
Dengan demikian, jikalau keadaan tersebut dimiliki oleh seorang Shufi,
maka dengan ketajaman matahatinya akan dapat menangkap yang sangat terang yang dipancarkan
oleh zat Pemilik Cahaya, yaitu Allah SWT. Pada ketika ituse orang Shufi bermandikan
kemilau cahaya Ilahiah yang akan dapat mengantarkannya mengetahui rahasia-rahasia
ketuhanan.[4]
IbnuArabimengatakanbahwakesempurnaanmakrifatadalahdenganmengetahuitujuhobjekpengetahuan,
yaitu:
1. MengetahuiasmaIlahi
2. MengetahuitajjaliIlahi
3. MengetahuitaklifTuhanterhadaphamba-Nya
4. Mengetahuikesempurnaandankekuranganwujudalamsemesta
5. Mengetahuidirisendiri
6. Mengetahuialamakhirat
7. Mengetahuisebabdanobatpenyakitbatin[5]
E.
Menerapkan
makrifat dalam kehidupan
Apabila hati sebagai sentral pengetahuan, maka cara memperoleh
pengetahuan (makrifat) harus terkonsentrasikan pada hati. Ada beberapa cara
untuk memperoleh makrifat:
1.
Mujahadah,
yakni kesungguhan niat dan kesungguhan usaha menuju pencapaian makrifat.
2.
Menghapus
sifat-sifat tercela.
3.
Mengkonsentrasikan
diri pada Allah dengan sepenuh hati.
وقيل
لأبي يزيد: بماذا وجدت هذه المعرفة؟ فقال: ببطن جائع وبدن عار
“Ketika Abi Yazid ditanya: Dengan apa anda
mendapatkan makrifat? Dia menjawab dengan perut lapar dan badan telanjang”.
Ungkapan di atas menunjukkan bahwa makrifat dapat diperoleh melalui
riyadlah (latihan) dan mujahadah (usaha dengan sepenuhnya). Makrifat tidak
diperoleh melalui berdebat maupun proses pengambilan
kesimpulan dengan berbagai dalil. Makrifat hanya diperoleh melalui amal nyata.
Seseorang tidak akan menyaksikan dan menyentuh mutiara yang ada di dasar lautan
apabila tidak menyelam di dalamnya. Demikian juga ia tidak akan menyaksikan
hal-hal yang bersifat ketuhanan tanpa mengamalkan sesuatu ilmu atau syari’at. Semakin
seseorang mengalami dan mengamalkan ia akan ditunjukkan oleh Allah dengan
berbagai perbendaharaan (ilmu) yang sebelumnya tdak diketahui. Itulah sebabnya
semakin adalam amaliyah dan ibadah seseorang maka Allah akan membukakan
pintu-pintu ilmu yang semakin menambah keyakinannya.[6]
Tidak semua orang yang menuntut ajaran Tasawuf dapat sampai kepada
tingkatan makrifat. Karena itu, Shufi yang sudah mendapatkan makrifat, memiliki
tanda-tanda tertentu, sebagaimana keterangan Dzun Nun Al-Mishriy yang
mengatakan, ada beberapa tanda-tanda yang dimiliki oleh Shufi bila sudah sampai
kepada tingkatan makrifat, antara lain:
a.
Selalu
memancarkan cahaya makrifat padanya dalam segala sikap dan perilakunya. Karena
itu sikap wara’ selalu ada pada dirinya.
b.
Tidak
menjadikankepuusan pada sesuatu yang berdasarkan fakta yang bersifat nyata,
karena hal-hal yang nyata menurut ajaran Tasawuf belum tentu benar.
c.
Tidak
menginginkan nikmat Allah yang banyak buat dirinya, karena hal itu bisa
membawanya kepada perbuatan yang haram.
Dari sinilah
kita dapat melihat bahwa seorang Shufi tidak membutuhkankehidupan yang mewah,
kecuali tingkatan kehidupan yang hanya menunjang kegiatan ibadahnya kepada
Allah SWT, sehingga Asy-Syekh Muhammad bin Al-Fadhal mengatakan bahwa makrifat
yang dimiliki Shufi, cukup dapat memberikan kebahagiaan batin padanya, karena
merasa selalu bersama-sama dengan Tuhannya.[7]
II.
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas, kami dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut:
A. Pengertianmakrifatullah
Makrifat
secara bahasa berasal dari bahasa Arab arafa-ya’rifu,arafah, irfan dan Ma’rifah
yang berarti pengetahuan yang sangat jelas.Secara istilah makrifat dalam
tasawuf adalah pengetahuan yang pasti mengenai Tuhan melalui pengalaman
langsung. Pengalaman langsung di sini adalah pengetahuanyang langsung dirasakan
oleh para shufi melalui hati dalam bentuk Kasyf atau Ilham.
B. Makrifatdalampandangan al-Qur’an dan al-Hadits
Di
dalam al-Quran, dijumpai tidak kurang 43 kali kata nur diulang dan sebagian
besar dihubungkan dengan Tuhan. Selanjutnya di
dalam hadis kita jumpai sabda Rasulullah yang berbunyi:
كُنْتُ خَزِنَةً خَافَيَةً اَحْبَيْتُ اَنْ
اُعْرَفَ فَخَلَقْتُ الْخَلْقَ فَتَعَرَّفْتُ اِلَيْهِمْ فَعَرَفُوْنِ
C. Tujuanmakfifat
Tujuan dari
makrifat (pengetahuan yang sebenarnya) adalah memperoleh keyakinan atau
keimanan. Semakin bertambah keyakinan maka akan semakin bertambah ketaatan
kepada Allah.
D. Aspek-aspekmakrifat
Alat memperoleh makrifat meliputi al-qalb yang digunakan untuk mengetahui sifat-sifatTuhan, al-ruh untuk mencintai Tuhan, dan al-sirrr sebagai daya untuk melihat Tuhan.
E. Menerapkan makrifat dalam kehidupan
Beberapa cara untuk memperoleh makrifat:Mujahadah, menghapus
sifat-sifat tercela, dan mengkonsentrasikan diri pada Allah
dengan sepenuh hati.
[2] Abuddin Nata, Akhlak
Tasawuf (Jakarta:Rajawali Pers, 2009), hlm. 229-230
[4]Ris’anRusli,
TasawufdanTarekatStudiPemikirandanPengalaman Sufi, (Jakarta: RajawaliPers,
2013), hlm. 66-67
[5]TotokJumantorodanSamsulMunir Amin, KamusIlmuTasawuf,
(Wonosobo: Amzah, 2005), hlm. 142
[6]Mohammad
Nasirudin, Pendidikan Tasawuf,.... hlm. 105-106
Terimakasih min
ReplyDelete